“Elden Ring: Shadow of the Erdtree” Ekspansi Epik yang Guncang Gamer Indonesia

“Elden Ring: Shadow of the Erdtree” Ekspansi Epik yang Guncang Gamer Indonesia
“Elden Ring: Shadow of the Erdtree” Ekspansi Epik yang Guncang Gamer Indonesia

Vidaspixeladas.com – Ekspansi Elden Ring: Shadow of the Erdtree, dirilis oleh FromSoftware pada 21 Juni 2024 untuk PC, PS5, dan Xbox Series X/S, terus mengguncang komunitas gamer Indonesia dengan dunia baru yang luas dan cerita mendalam. Ekspansi ini memperkenalkan Land of Shadow, wilayah baru dengan lanskap gothic dan musuh brutal. Serta narasi tentang Miquella, karakter kunci dalam mitologi Elden Ring. Tagar #ShadowOfTheErdtree viral di platform X.

Game ini mempertahankan gaya open-world RPG khas FromSoftware, dengan tambahan 10 bos utama. Lebih dari 100 senjata baru, dan mekanisme pertarungan yang diperbarui, seperti skill “Ash of War” yang dinamis. Ekspansi ini mendapat skor 9.4/10 dari IGN, disebut sebagai “sekuel terselubung” karena skalanya yang masif. Di Indonesia, komunitas gamer di Jakarta dan Surabaya menggelar acara offline untuk merayakan rilisnya, dengan turnamen kecil di kafe gaming.

Namun, Shadow of the Erdtree juga memicu kontroversi ringan di X karena tingkat kesulitannya yang ekstrem, membuat beberapa pemain baru frustrasi. “Bosnya bikin pengen buang controller, tapi nagih!”

FromSoftware merespons dengan patch pada Desember 2024 untuk menyeimbangkan beberapa pertarungan. Hingga Mei 2025, ekspansi ini terjual 5 juta kopi global, dengan Indonesia menyumbang ribuan pemain aktif.

Kominfo belum mengomentari distribusi game ini, tetapi antusiasme lokal menunjukkan potensi pasar Souls-like di Indonesia. Dengan narasi kaya dan visual memukau, Shadow of the Erdtree mengukuhkan posisi Elden Ring sebagai salah satu game terbaik dekade ini, sekaligus menginspirasi pengembang lokal untuk mengejar kualitas serupa.

“Silent Hill 2 Remake” Bikin Gamer Indonesia Merinding dengan Horor Psikologis

“Silent Hill 2 Remake” Bikin Gamer Indonesia Merinding dengan Horor Psikologis
“Silent Hill 2 Remake” Bikin Gamer Indonesia Merinding dengan Horor Psikologis

Vidaspixeladas.com – Silent Hill 2 Remake, karya terbaru Bloober Team dan Konami, telah mengguncang komunitas gamer Indonesia sejak rilisnya pada 8 Oktober 2024 untuk PC dan PS5. Mengadaptasi game horor klasik 2001, remake ini menghidupkan kembali kisah James Sunderland di kota berkabut Silent Hill dengan visual Unreal Engine 5 yang menakjubkan dan atmosfer mencekam. Tagar #SilentHill2ID viral di platform X.

Game ini mempertahankan cerita emosional tentang James yang mencari mendiang istrinya, Mary, sambil menambahkan mekanisme pertarungan yang diperbarui dan eksplorasi open-world yang lebih luas. Monster ikonik seperti Pyramid Head dan atmosfer kabut yang mencekik mendapat pujian. Dengan IGN memberikan skor 8.8/10 untuk “penghormatan setia sekaligus inovatif.” Komunitas gamer Jakarta dan Bandung ramai mengadakan sesi streaming, berbagi momen jumpscare di kafe gaming.

Kontroversi sempat muncul di X ketika beberapa penggemar lama mengkritik perubahan pada desain monster dan ending baru. Yang dianggap menyimpang dari versi asli. “Remake-nya bagus, tapi Pyramid Head kok beda vibe.”

Bloober Team menjelaskan perubahan dilakukan untuk menyegarkan pengalaman tanpa menghilangkan esensi. Hingga Mei 2025, game ini terjual 3 juta kopi global, dengan Indonesia menyumbang ribuan pemain aktif.

Kominfo belum mengomentari distribusi, tetapi game ini memicu diskusi tentang potensi remake game horor lokal seperti DreadOut. Dengan narasi mendalam dan horor psikologis yang kuat. Silent Hill 2 Remake mengukuhkan posisinya sebagai salah satu game horor terbaik 2024. Menginspirasi pengembang Indonesia untuk mengeksplorasi genre serupa.

Dragon Age: The Veilguard Curi Perhatian Gamer Indonesia dengan Epik Fantasi Baru

Dragon Age: The Veilguard Curi Perhatian Gamer Indonesia dengan Epik Fantasi Baru
Dragon Age: The Veilguard Curi Perhatian Gamer Indonesia dengan Epik Fantasi Baru

Vidaspixeladas.com – Dragon Age: The Veilguard, seri terbaru dari franchise RPG legendaris BioWare, telah menjadi sensasi di kalangan gamer Indonesia sejak rilisnya pada 31 Oktober 2024 untuk PC, PS5, dan Xbox Series X/S. Game ini memperkenalkan dunia Thedas yang lebih hidup dengan visual memukau dan narasi mendalam. Mengikuti petualangan Rook, protagonis baru, dalam misi menghentikan dewa elf kuno yang mengancam kehancuran. Tagar #VeilguardID meledak di platform X.

The Veilguard menawarkan gameplay action RPG dengan sistem pertarungan dinamis, menggabungkan serangan jarak dekat dan sihir. Serta mekanisme companion-driven yang memungkinkan interaksi mendalam dengan tujuh karakter pendamping, seperti Bellara dan Harding. Pilihan dialog yang berdampak pada cerita tetap menjadi ciri khas BioWare, dengan IGN memberikan skor 9/10, menyebutnya “kembalinya kejayaan Dragon Age.” Komunitas gamer di Surabaya dan Yogyakarta ramai menggelar diskusi offline, berbagi strategi di kafe gaming.

Kontroversi muncul di X ketika beberapa pemain mengkritik pergeseran dari gaya taktikal Dragon Age: Origins ke aksi cepat, yang dianggap “terlalu kasual.” “Ceritanya epik, tapi combat-nya kurang dalam,” tulis

@IndoDragonFan. BioWare merespons dengan patch pada Desember 2024, menambahkan opsi kesulitan lebih tinggi. Hingga Mei 2025, game ini terjual 4 juta kopi global, dengan Indonesia menyumbang puluhan ribu pemain.

Kominfo belum mengomentari distribusi, tetapi antusiasme lokal menunjukkan potensi pasar RPG di Indonesia. The Veilguard menginspirasi diskusi tentang pengembangan game fantasi lokal, dengan harapan studio Indonesia bisa menciptakan narasi sekelas ini.

Viral! Game Simulasi Narkoba “Schedule 1” Tuai Pro dan Kontra di Indonesia

Viral! Game Simulasi Narkoba “Schedule 1” Tuai Pro dan Kontra di Indonesia
Viral! Game Simulasi Narkoba “Schedule 1” Tuai Pro dan Kontra di Indonesia

Vidaspixeladas.com – Game berjudul Schedule 1 menjadi perbincangan hangat di kalangan gamer Indonesia setelah viral di media sosial, khususnya melalui unggahan akun X.

Dikembangkan oleh studio indie asal Amerika Serikat, game simulasi ini memungkinkan pemain untuk berperan sebagai pengedar narkoba, mulai dari menanam, memproduksi, hingga menjual barang terlarang. Gameplay-nya yang realistis dan kontroversial memicu perdebatan sengit di kalangan netizen. Dengan sebagian memuji keberaniannya mengangkat isu sensitif, sementara yang lain mengecamnya karena dianggap mempromosikan aktivitas ilegal.

Schedule 1 menawarkan pengalaman simulasi open-world dengan grafis sederhana namun mekanisme kompleks, seperti mengelola rantai pasok dan menghindari penegak hukum. Popularitasnya melonjak setelah sejumlah streamer lokal memainkannya di platform seperti YouTube dan Twitch, menarik perhatian ribuan penonton. Namun, Badan Narkotika Nasional (BNN) menyatakan keprihatinan, menyebut game ini berpotensi “menormalkan” penggunaan narkoba di kalangan remaja. BNN berencana berkoordinasi dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk mengevaluasi distribusi game ini di Indonesia.

Di sisi lain, komunitas gamer membela Schedule 1, membandingkannya dengan game kontroversial lain seperti Grand Theft Auto yang juga mengusung tema kriminalitas namun tetap diterima sebagai hiburan. “Game ini cuma fiksi, sama seperti film. Yang penting pemain bisa bedain realitas,” tulis seorang pengguna X. Hingga kini, game ini belum dilarang di Indonesia. Tetapi diskusi tentang dampaknya terus berlanjut, dengan beberapa pihak mendesak adanya rating usia ketat.

Kontroversi ini menggambarkan tantangan dalam menyeimbangkan kebebasan kreatif dengan tanggung jawab sosial di industri game. Pemerintah diminta untuk segera mengambil sikap jelas terkait distribusi Schedule 1.